Trik jitu agar anak patuh
Ada cara tepat agar piranti rumah tangga, ketenangan, dan energi Anda tidak habis terkuras.
Baru-baru
ini, kami merenovasi rumah, dan kelihatannya kedua putri kami punya
cara baru menguji otoritas mereka. Hanya beberapa menit setelah kami
pindah ke rumah lagi seusai renovasi, Lucy, 4 tahun, sudah main
perosotan di pegangan tangga bergaya awal tahun 1900-an, sementara
Olivia, 9 tahun, langsung menuju ruang tamu yang masih kinclong sambil
membawa sekantong cracker dan remah-remahnya pun langsung berjatuhan selagi ia berjalan.
Melihat
ulah mereka, saya langsung terpana, wah, harus ada beberapa aturan
baru, nih. Tapi, larangan seperti apa yang bisa diterima oleh semuanya?
Haruskah
main perosotan di pegangan tangga dilarang? Atau, ada gunanya nggak ya,
melarang sesuatu yang sangat menggoda untuk dilakukan?
Bagaimana
dengan larangan makan di ruang keluarga? Konyolkah kalau menganggap
aktivitas menonton TV tidak boleh digabung dengan ngemil?
Dan apakah saya dan suami, harus mematuhi aturan yang sama seperti yang kami terapkan pada anak-anak?
Mengingat
proses pembentukan peradaban memang tidak selalu berjalan mulus,
berikut ini beberapa cara—bila memang Anda perlukan—untuk menerapkan
peraturan di rumah.
Menjadi diri sendiri
Tentu
saja saya akan senang seandainya rumah saya seindah rumah-rumah di
majalah desain dan interior. Tetapi dengan dua anak, saya tak bisa
membayangkan apa yang harus saya korbankan demi mewujudkannya. Suami dan
saya memang mengenal beberapa orangtua yang bisa mempertahankan
rumahnya tetap bersih mengilat. Tetapi karena kami tak punya kekuatan
untuk mewujudkannya, kami bahkan tidak mencoba melakukannya.
Jujurlah
pada diri sendiri tentang apa yang Anda anggap paling penting.
“Kadang-kadang, orang menerapkan aturan karena dulu orangtua mereka
juga menerapkannya saat mereka masih kanak-kanak, atau karena sepertinya
itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Tapi, peraturan yang dipaksakan
akan sulit ditegakkan,” kata Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good. “Fokuskan pada beberapa peraturan yang terpenting saja, yang memprioritaskan keselamatan.”
Aprilia Kirana dari Kota Wisata, Cibubur, sama sekali tak mengizinkan putrinya, Sharen,
5 tahun, main lompat-lompatan di tempat tidur. Dan itu memang
beralasan. “Neneknya pernah membiarkan dia pecicilan di tempat tidur,
dan akibatnya dia terlempar dari kasur dan terluka,” kata Aprilia.
Tentunya
Anda tak perlu menerapkan aturan tertentu karena terlanjur ada kejadian
yang kurang menyenangkan. Intinya, masing-masing orangtua bisa
menerapkan disiplin yang berbeda tergantung kebutuhan. Jadi, lakukan apa
yang paling sesuai untuk keluarga Anda.
Bersikaplah logis
Apakah
seharusnya ada satu set aturan untuk semua anak di rumah Anda? Tidak
juga. “Pertimbangkan perkembangan masing-masing anak,” saran Karen Gouze, Ph.D., psikolog anak di Children’s Memorial Hospital di Chicago, yang juga ibu tiga anak.
Sarah dari Green Garden, misalnya, membolehkan sulungnya, Carla, 8 tahun, untuk mencuci piringnya sendiri sehabis makan, tetapi hal itu terlarang bagi adiknya. Caren,
5 tahun belum diijinkan membantu, karena takut piring yang sedang
dicucinya justru meluncur jatuh. Biasanya Caren hanya akan berdiri di
samping Carla dan sesekali ikut menjulurkan tangan untuk bermain-main
dengan air yang mengucur dari keran.
Sesuaikan hukuman dengan pelanggaran
Anak-anak
di bawah 8 tahun memiliki rasa keadilan yang kaku, dan tampaknya akan
bersedia menerima konsekuensi asalkan terlihat adil dan berhubungan
langsung dengan pelanggarannya, kata Gouze. “Jika seorang anak tidak mau
berbagi mainan ketika temannya main ke rumah, konsekuensi yang logis
adalah mencoret acara main bareng sampai beberapa hari,” katanya.
Mungkin
Anda dapat mencoba memasang peraturan agar semua terlihat jelas. “Jika
Anda bisa menjaga untuk tidak memakai suara otoriter Anda sebagai
orangtua, posisi Anda akan lebih baik, dan Anda dapat menghindari
ribut-ribut soal wewenang,” ujar Gouze. “Anak-anak tidak semudah itu
melanggar peraturan yang tertulis hitam di atas putih.”
Bersikaplah fleksibel
Jika
Anda memutuskan untuk mengubah suatu aturan—entah membuatnya lebih
tegas atau lebih longgar—sebaiknya Anda menjelaskan alasannya. (“Mama
tahu Mama pernah mengizinkan kalian makan di ruang keluarga, tapi karena
ada ‘kecelakaan’ jus anggur tumpah, Mama sekarang memutuskan makan di
ruang keluarga itu bukan ide yang bagus.”) “Anda bisa menunjukkan
simpati atas kekecewaan anak-anak, tapi tetap tegas dengan keputusan
Anda,” kata Virginia Shiller, Ph.D., pengarang Rewards for Kids! Ready-to-Use Charts & Activities for Positive Parenting.
Sebaliknya,
anak-anak yang usianya lebih besar, bisa saja ‘melobi’ agar peraturan
berubah. “Kami punya peraturan ‘makanan tidak boleh dibawa ke lantai
atas’, tapi baru-baru ini putri saya, 9 tahun, mengajak temannya
menginap, dan ia bertanya apakah boleh makan di atas kalau mereka
mengalasi lantai dengan karpet plastik terlebih dulu. Saya mengizinkan,
karena solusi itu langsung mengatasi masalah yang telah memunculkan
peraturan tersebut," kata seorang ibu di Virginia.
Lakukan hal yang sama
Agar
menjadi panutan yang baik dan Anda tidak terlihat munafik, lakukan apa
yang Anda ajarkan (meski jelas orang dewasa berhak punya beberapa
kelonggaran, misalnya menonton TV sampai larut, semata karena mereka
sudah dewasa).
Maria dari Serpong ingat ketika ia dan suaminya tertangkap basah bicara dengan mulut penuh oleh putri mereka, Jasmine,
5. Padahal Jasmine tahu peraturan di meja makan melarang hal itu.
“Sesekali kami juga melanggar, dan sudah mengaku kami salah,” ujar Marietta,
seorang ibu asal Georgia. “Saya rasa akan sangat membantu bagi
anak-anak untuk percaya bahwa peraturan di rumah berlaku untuk semua
anggota keluarga.”
Suami dan saya pun berusaha untuk selalu hati-hati
menaati peraturan-peraturan baru yang kami buat bagi kedua putri kami,
khususnya setelah Lucy menangkap basah saya main perosotan di pegangan
tangga. Percaya, deh, tertangkap basah itu ternyata sungguh tidak enak.
Tamu boleh tak patuh?
Anda
tidak dapat mengontrol apa yang diizinkan (atau tidak diizinkan)
keluarga lain di rumah mereka sendiri, tapi Anda punya hak untuk
menegakkan peraturan di rumah Anda.
Ketika Anda melihat ada anak
yang melanggar peraturan, katakan dengan tenang, “Di rumah ini, kami
berbuat A.” Kalau ia protes, bilang bahwa orangtuanya mengizinkan ia
berbuat B, “ jelaskan padanya, ‘Di rumahmu, orangtuamu yang membuat
peraturan. Tapi di rumah ini, kami yang membuatnya’,” jelas Marvin
Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good.
Sebagian besar anak
akan patuh begitu mereka diberitahu aturannya, yang sebaiknya sudah Anda
jelaskan sebelumnya. Namun, jika si anak tetap membangkang, berarti
sudah saatnya untuk bicara pada orangtuanya (misalnya, saat si anak
dijemput), atau bilang padanya ia takkan diundang bermain lagi ke rumah
Anda, kecuali ia mau mematuhi aturan keluarga Anda.