Sunday, October 7, 2012

Tips Merawat Peralatan Dapur Berbahan Aluminium

Tips Merawat Peralatan Dapur Berbahan Aluminium

 

Bagi Anda yang memiliki peralatan dapur berbahan aluminium, berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan :

1. Rebuslah air yang sudah ditambahkan sedikit cuka hingga mendidih dalam peralatan baru atau yang belum digunakan seperti wajan, panci, pengukus dan alat memasak lainnya yang berbahan aluminium. Hal ini bisa mencegah makanan lengket saat diolah.

2. Untuk membersihkan peralatan yang menghitam atau berkarat, campurlah 1 liter air dan tambahkan 1 sendok teh krim of tartar. Rebus selama 10 menit dalam alat tersebut, angkat. Selanjutnya gosok dengan spon hingga bersih selagi air rebusan masih hangat.

3. Untuk menghilangkan bau amis atau anyir yang masih menempel, bubuhi dengan beberapa tetes air jeruk nipis / lemon. Diamkan selama 15 menit, lalu cuci bersih menggunakan sabun cuci dan spon.

4. Khusus untuk loyang, cetakan kue dan wadah lainnya yang tidak terkena api langsung, setelah dicuci bisa dikeringkan di bawah terik matahari atau panaskan dalam oven selama 2 menit. Bisa juga dengan dikeringkan menggunakan lap bersih, untuk menghilangkan noda atau flek yang akan merusak penampilan peralatan tersebut.

5. Agar oven konvensional tahan lama, selalu bersihkan seluruh bagiannya mulai dari kaca, rak, hingga bagian bawah oven yang langsung terkena api.

Saturday, October 6, 2012

Trik jitu agar anak patuh (taken from parenting.co.id)

 Trik jitu agar anak patuh


Ada cara tepat agar piranti rumah tangga, ketenangan, dan energi Anda tidak habis terkuras.
Baru-baru ini, kami merenovasi rumah, dan kelihatannya kedua putri kami punya cara baru menguji otoritas mereka. Hanya beberapa menit setelah kami pindah ke rumah lagi seusai renovasi, Lucy, 4 tahun, sudah main perosotan di pegangan tangga bergaya awal tahun 1900-an, sementara Olivia, 9 tahun, langsung menuju ruang tamu yang masih kinclong sambil membawa sekantong cracker dan remah-remahnya pun langsung berjatuhan selagi ia berjalan.
Melihat ulah mereka, saya langsung terpana, wah, harus ada beberapa aturan baru, nih. Tapi, larangan seperti apa yang bisa diterima oleh semuanya?
Haruskah main perosotan di pegangan tangga dilarang? Atau, ada gunanya nggak ya, melarang sesuatu yang sangat menggoda untuk dilakukan?
Bagaimana dengan larangan makan di ruang keluarga? Konyolkah kalau menganggap aktivitas menonton TV tidak boleh digabung dengan ngemil?
Dan apakah saya dan suami, harus mematuhi aturan yang sama seperti yang kami terapkan pada anak-anak?
Mengingat proses pembentukan peradaban memang tidak selalu berjalan mulus, berikut ini beberapa cara—bila memang Anda perlukan—untuk menerapkan peraturan di rumah.

Menjadi diri sendiri
Tentu saja saya akan senang seandainya rumah saya seindah rumah-rumah di majalah desain dan interior. Tetapi dengan dua anak, saya tak bisa membayangkan apa yang harus saya korbankan demi mewujudkannya. Suami dan saya memang mengenal beberapa orangtua yang bisa mempertahankan rumahnya tetap bersih mengilat. Tetapi karena kami tak punya kekuatan untuk mewujudkannya, kami bahkan tidak mencoba melakukannya.
Jujurlah pada diri sendiri tentang apa yang Anda anggap paling penting. “Kadang-kadang, orang menerapkan aturan karena dulu orangtua mereka  juga menerapkannya saat mereka masih kanak-kanak, atau karena sepertinya itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Tapi, peraturan yang dipaksakan akan sulit ditegakkan,” kata Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good. “Fokuskan pada beberapa peraturan yang terpenting saja, yang memprioritaskan keselamatan.”
Aprilia Kirana dari Kota Wisata, Cibubur, sama sekali tak mengizinkan putrinya, Sharen, 5 tahun, main lompat-lompatan di tempat tidur. Dan itu memang beralasan. “Neneknya pernah membiarkan dia pecicilan di tempat tidur, dan akibatnya dia terlempar dari kasur dan terluka,” kata Aprilia.
Tentunya Anda tak perlu menerapkan aturan tertentu karena terlanjur ada kejadian yang kurang menyenangkan. Intinya, masing-masing orangtua bisa menerapkan disiplin yang berbeda tergantung kebutuhan. Jadi, lakukan apa yang paling sesuai untuk keluarga Anda.

Bersikaplah logis
Apakah seharusnya ada satu set aturan untuk semua anak di rumah Anda? Tidak juga. “Pertimbangkan perkembangan masing-masing anak,” saran Karen Gouze, Ph.D., psikolog anak di Children’s Memorial Hospital di Chicago, yang juga ibu tiga anak.
Sarah dari Green Garden, misalnya, membolehkan sulungnya, Carla, 8 tahun, untuk mencuci piringnya sendiri sehabis makan, tetapi hal itu terlarang bagi adiknya. Caren, 5 tahun belum diijinkan membantu, karena takut piring yang sedang dicucinya justru meluncur jatuh. Biasanya Caren hanya akan berdiri di samping Carla dan sesekali ikut menjulurkan tangan untuk bermain-main dengan air yang mengucur dari keran.

Sesuaikan hukuman dengan pelanggaran
Anak-anak di bawah 8 tahun memiliki rasa keadilan yang kaku, dan tampaknya akan bersedia menerima konsekuensi asalkan terlihat adil dan berhubungan langsung dengan pelanggarannya, kata Gouze. “Jika seorang anak tidak mau berbagi mainan ketika temannya main ke rumah, konsekuensi yang logis adalah mencoret acara main bareng sampai beberapa hari,” katanya.
Mungkin Anda dapat mencoba memasang peraturan agar semua terlihat jelas. “Jika Anda bisa menjaga untuk tidak memakai suara otoriter Anda sebagai orangtua, posisi Anda akan lebih baik, dan Anda dapat menghindari ribut-ribut soal wewenang,” ujar Gouze. “Anak-anak tidak semudah itu melanggar peraturan yang tertulis hitam di atas putih.”

Bersikaplah fleksibel
Jika Anda memutuskan untuk mengubah suatu aturan—entah membuatnya lebih tegas atau lebih longgar—sebaiknya Anda menjelaskan alasannya. (“Mama tahu Mama pernah mengizinkan kalian makan di ruang keluarga, tapi karena ada ‘kecelakaan’ jus anggur tumpah, Mama sekarang memutuskan makan di ruang keluarga itu bukan ide yang bagus.”)  “Anda bisa menunjukkan simpati atas kekecewaan anak-anak, tapi tetap tegas dengan keputusan Anda,” kata Virginia Shiller, Ph.D., pengarang Rewards for Kids! Ready-to-Use Charts & Activities for Positive Parenting.
Sebaliknya, anak-anak yang usianya lebih besar, bisa saja ‘melobi’ agar peraturan berubah. “Kami punya peraturan ‘makanan tidak boleh dibawa ke lantai atas’, tapi baru-baru ini putri saya, 9 tahun, mengajak temannya menginap, dan ia bertanya apakah boleh makan di atas kalau mereka mengalasi lantai dengan karpet plastik terlebih dulu. Saya mengizinkan, karena solusi itu langsung mengatasi masalah yang telah memunculkan peraturan tersebut," kata seorang ibu di Virginia.

Lakukan hal yang sama
Agar menjadi panutan yang baik dan Anda tidak terlihat munafik, lakukan apa yang Anda ajarkan (meski jelas orang dewasa berhak punya beberapa kelonggaran, misalnya menonton TV sampai larut, semata karena mereka sudah dewasa).
Maria dari Serpong ingat ketika ia dan suaminya tertangkap basah bicara dengan mulut penuh oleh putri mereka, Jasmine, 5. Padahal Jasmine tahu peraturan di meja makan melarang hal itu. “Sesekali kami juga melanggar, dan sudah mengaku kami salah,” ujar Marietta, seorang ibu asal Georgia. “Saya rasa akan sangat membantu bagi anak-anak untuk percaya bahwa peraturan di rumah berlaku untuk semua anggota keluarga.”
Suami dan saya pun berusaha untuk selalu hati-hati menaati peraturan-peraturan baru yang kami buat bagi kedua putri kami, khususnya setelah Lucy menangkap basah saya main perosotan di pegangan tangga. Percaya, deh, tertangkap basah itu ternyata sungguh tidak enak.

Tamu boleh tak patuh?
Anda tidak dapat mengontrol apa yang diizinkan (atau tidak diizinkan) keluarga lain di rumah mereka sendiri, tapi Anda punya hak untuk menegakkan peraturan di rumah Anda.
Ketika Anda melihat ada anak yang melanggar peraturan, katakan dengan tenang, “Di rumah ini, kami berbuat A.” Kalau ia protes, bilang bahwa orangtuanya mengizinkan ia berbuat B, “ jelaskan padanya, ‘Di rumahmu, orangtuamu yang membuat peraturan. Tapi di rumah ini, kami yang membuatnya’,” jelas Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good.
Sebagian besar anak akan patuh begitu mereka diberitahu aturannya, yang sebaiknya sudah Anda jelaskan sebelumnya. Namun, jika si anak tetap membangkang, berarti sudah saatnya untuk bicara pada orangtuanya (misalnya, saat si anak dijemput), atau bilang padanya ia takkan diundang bermain lagi ke rumah Anda, kecuali ia mau mematuhi aturan keluarga Anda.

Thursday, October 4, 2012

Tetap Sehat, Meski Telah Senja (taken from dakwatuna.com)

dakwatuna.com – Bismillahirrahmaanirrahim
Selalu saja ada hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dalam setiap momentum dan aktivitas yang kita alami, apabila kita mau belajar dan bersungguh – sungguh menggalinya. Meniatkan diri untuk silaturahim, dengan harapan besar sesuai yang dijanjikan dalam hadits Rasul saw, bahwa silaturahim akan memperpanjang umur dan menambah rezeki, maka saya bersemangat ketika ibu-ibu jamaah pengajian mengajak saya untuk berkunjung ke rumah salah seorang jamaah yang saat itu berhalangan hadir.
Banyak hal yang menjadi pelajaran, sepanjang perjalanan dan saat bertemu dengan shahibul bait. Maha suci Allah, beragam tanaman dengan berbagai bunga, menjadikan perjalanan yang jauh tidak terasa melelahkan. Demikian juga dengan berbagai pemandangan menarik yang terlihat di rumah yang kami kunjungi. Subhanallah, beragam hiasan dinding kreasi tangan yang sangat menarik, tadinya saya pikir adalah karya anak-anak atau cucu shahibul bait. Ternyata semua adalah hasil karya dari shahibul bait, seorang ibu atau nenek yang sudah berusia 82 tahun. Acungan jempol dan apresiasi spontanitas saya berikan, dengan cara mengungkapkan kekaguman dan memfoto semua karya beliau.
Di usia yang boleh di bilang tidak muda lagi, yakni 82 tahun, seorang nenek ini tetap produktif dengan karya-karya keterampilan tangannya. Meski beliau menganggap dan merasa sudah tua, saya katakan pada beliau: “ibu masih muda, yang jelas tetap punya semangat muda, seperti dulu Utsman bin Affan menjadi khalifah pada saat usia beliau sudah 80 tahun, maka tetaplah merasa muda”. Demikian pujian saya pada beliau.
Apa saja kiatnya agar tetap sehat, semangat dan berkarya meski di usia senja? Berikut kiat yang boleh dicontoh oleh mereka yang masih muda (atau merasa muda).
1. Rajin silaturahim dan berjumpa dengan banyak orang.
Bertemu banyak orang, dengan berbincang yang bermanfaat, menggali ilmu dan bercanda ala kadarnya akan membuat perasaan riang, tidak suntuk, dan melatih otak untuk terus bekerja, paling tidak bekerja mengingat sesuatu hal, mengkoordinasi gerak lisan, dan yang jelas, insya Allah akan mendapatkan banyak ilmu, pengalaman dan informasi serta inspirasi dan solusi. Suasana hati yang riang akan mempengaruhi sistem hormon yang berpengaruh terhadap kesegaran dan kesehatan fisik. Coba saja kita perhatikan. Mana yang kelihatan lebih tua, orang yang sedang sedih, atau orang yang sedang bahagia. Atau coba bandingkan, mana yang kelihatan lebih tua, orang yang sedang marah atau yang sedang tersenyum?
Yang perlu kita antisipasi adalah, jangan sampai pembicaraan dalam silaturahim tersebut mengandung kalimat yang laghwi (sia-sia), atau mengandung ghibah (gosip), atau mengandung kebohongan dan kedustaan, atau pun menyakiti sesama saudara. Jika hal ini yang terjadi, maka silaturahim akan menjadi rusak dan hilang pahalanya, karena tertutup oleh dosa yang kita perbuat dengan melakukan hal-hal tersebut.  Maka penting untuk diingat, sebelum silaturahim kita harus sudah mempunyai “stok” bahan pembicaraan bermanfaat yang akan kita gulirkan, baik berupa ilmu, pengalaman atau informasi yang bermanfaat. Selain itu juga harus dibiasakan saling mengingatkan jika pembicaraan sudah mulai melenceng, agar tidak terlalu jauh melenceng. Terakhir, tutuplah silaturahim atau pertemuan dengan doa kafaratul majelis dan saling berjabatan tangan.
2. Kerjakan hal-hal praktis secara teratur
Membiasakan diri untuk mencatat kegiatan kita sehari- hari, atau mencatat pengeluaran dan pemasukan anggaran rumah tangga, mencatat ide atau gagasan yang muncul. Ini semua akan mengkondisikan otak kita untuk bekerja, mengingat suatu hal, dan hal ini akan mengurangi kepikunan.  Ibarat pisau, jika lama dibiarkan tidak digunakan, dia akan menjadi berkarat dan tumpul, dan boleh jadi lama kelamaan tidak bisa dipergunakan kembali. Otak kita kurang lebih demikian, akan mudah tumpul dan linglung, jika tidak biasa dilatih. Hal- hal praktis lain yang akan bermanfaat untuk kesegaran fisik dan otak, adalah menggunakan saat-saat istirahat atau waktu senggang untuk menyalurkan hobi. Misal bagi kaum perempuan bisa dengan merajut, menyulam, merangkai bunga, memasak, berkebun atau pun membuat keterampilan yang lain. Siapa tahu juga dari sekadar hobi, bisa bernilai ekonomi. Bagi kaum laki-laki misalnya dengan melukis, memodifikasi kendaraan, berkebun, merancang program komputer dan sebagainya.
3. Mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang.
Saya pernah bertemu juga dengan seorang nenek lain yang usianya tidak terpaut jauh dengan nenek yang tadi saya ceritakan di atas, yakni usia 78 tahun. Tapi sungguh secara jujur saya mengagumi kekencangan dan kehalusan kulitnya. Saya tanyakan apa rahasianya. Beliau menjawab, gampang saja, rajin minum air putih, dan makan hanya makanan yang direbus (tidak digoreng, dibakar, dll). Butuh kedisiplinan memang, dan jujur untuk satu sangat berat, paling tidak bagi saya.
4. Rahasia keempat adalah gunakan selalu akal/otak dan lisan kita untuk membaca Al-Quran.
Ajaib, inilah salah satu mukjizat Al-Quran yang saya rasakan. Ada teman saya yang matanya minus sampai 18, bahkan kaca matanya mirip seperti botol. Tapi setiap kali membaca al Qur’an dia tidak pernah menggunakan kaca matanya, tapi dengan mata telanjang, dan ajaibnya, tidak pernah merasakan pegal matanya, dan kepala pun tidak pusing. Beda sekali dengan ketika membaca huruf latin, baru 5 menit saja, tanpa kaca mata, dijamin mata sangat pegal dan kepala pusing. Awalnya saya tidak percaya. Saya pun mencobanya. Benar saja, meski minus mata saya boleh dibilang tidak kecil, setiap kali membaca Al-Quran sengaja tanpa kaca mata, tapi saya tidak pernah merasakan mata pegal dan kepala pusing. Tapi giliran membaca huruf latin, tanpa kaca mata, dijamin baru 5 menit saja pasti pegal dan pusing.  Dengan pengalaman ini, kita semakin yakin bahwa Al-Quran sebagai syifa, obat, bukan hanya penyakit hati, tapi juga penyakit fisik. Jiwa dan raga menjadi sehat dengan selalu dekat al Qur’an. Penasaran? Ayo mencoba. Semoga bermanfaat.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/09/23204/tetap-sehat-meski-telah-senja/
Oleh: Sri Kusnaeni, S. TP. ME.I

Wednesday, October 3, 2012

Gerakan Sosial BatikDay, Agar Batik Indonesia Mendunia (taken from Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia sedang merayakan Hari Batik Nasional yang telah memasuki tahun keempat, sejak UNESCO mengakui batik sebagai “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.

Sebuah gerakan sosial pun dibentuk untuk melestarikan dan lebih mempopulerkan batik di tingkat lokal maupun internasional. Gerakan sosial ini disebut "#BatikDay, Celebrating a National Pride and a Cultural Heritage of Indonesia." Tagar BatikDay (#BatikDay), pada siang hari sempat menjadi trending topic di Twitter untuk kawasan Indonesia.

Salah seorang inisiator gerakan sosial #BatikDay, Shinta Dhanuwardoyo, mengatakan, kata bahasa Inggris Batik Day sengaja dipakai agar negara lain mengetahui bahwa batik adalah warisan budaya khas Indonesia yang telah diakui Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO).

“Sayang sekali jika lembaga dunia sudah mengakui, namun yang tahu hanya di lokalnya saja. Oleh karena itu, pada gerakan ini kami menggunakan Bahasa Inggris, Batik Day, dan bukan Hari Batik, agar dunia internasional lebih mudah mengambil informasi mengenai batik Indonesia,” ujar Shinta.

Tak berhenti sampai di situ. Shinta ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal sejarah batik, serta mengetahui arti dan filosofi motifnya. Sehingga, batik tak hanya menjadi topik pembicaraan hangat ketika negara lain mengklaim kepemilikannya.

Shinta selaku praktisi industri digital, juga mengajak portal berita nasional untuk mengikuti kompetisi desain nuansa batik. Kompas.com pun ikut merayakan Hari Batik Nasional ini dengan memasang motif batik dominasi warna cokelat sebagai latar belakang halaman utama sejak Selasa dini hari (2/10/2012).

“Kami mengajak banyak pihak untuk gerakan sosial ini. Desainer web site, desainer aplikasi media sosial, pengusaha batik, blogger, desainer fashion dan banyak lainnya, agar gerakan ini semakin dimiliki oleh masyarakat Indonesia," tegas Shinta.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), turut memberi apresiasi untuk para blogger internasional dan nasional yang berpartisipasi dalam gerakan BatikDay untuk berkunjung ke Jakarta Fahion Week 2013 dan kunjungan ke sentra batik.
.
Sebagai wadah untuk seluruh gerakan ini, Shinta membangun situs web BatikDay, yang beralamat di http://batikday.com. Voting kompetisi desain nuansa batik untuk portal berita nasional juga digelar di situs web ini. Penilaiannya dilaksanakan sejak 2 Oktober sampai 5 Oktober 2012. Shinta punya cita-cita, situs web BatikDay dapat menampung segala macam pengetahuan tentang batik dan motif-motif batik dari seluruh daerah di Indonesia.

Editor :
Wicaksono Surya Hidayat

Tuesday, October 2, 2012

Si Kecil Sulit Diajak Membaca, Bagaimana Mengatasinya? ( Taken from Republika Online )

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi sebagian anak, membaca bukan aktivitas mudah yang langsung dilakukan serta-merta. Beberapa anak memiliki kesulitan menghubungkan huruf dan bunyi yang terikat dari pertemuan huruf-huruf tadi, seperti bunyi yang dihasilkan antara n dan g.

Jadi, tak semua anak bisa menemukan bagaimana istimewanya sebuah kisah bisa menguasai imajinasi hingga menemukan pengalaman menyenangkan saat membaca. Tapi, setiap orang tua tentu paham, meski ada anak yang kesulitan memelajari huruf, namun bagi semua anak, bergaul dengan huruf, suara yang dihasilkan dan kata-kata tetap adalah landasan penting bagi proses belajar sepanjang hidup. Lagi pula membaca adalah proses belajar yang tak kunjung selesai

Lalu bagaimana menolong dan membantu anak menjadi pembaca antusias? Berikut beberapa cara sederhana  yang ditawarkan oleh KidsHealth

Biarkan anak anda memilih bacaannya. Komik atau buku lelucon mungkin bukan pilihan pertama anda untuk menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra, tapi mereka bisa memotivasi anak untuk membaca.

Tak usah terlalu cemas meski teks-teks itu tak terlalu substansial. Mereka bisa berperan membantu anak memahami beberapa hal mendasar, seperti bagaimana kejadian berlangsung dalam urutan dan bagaimana kisah berjalan.

Komik pun bisa membantu mengembangkan kosakata dan secara visual dapat menarik. Sekali anak anda nyaman dengan pengalaman membaca, anda bisa mendorongnya untuk memilih tulisan lain dengan variasi isi lebih menantang.

Baca, baca lagi dan baca lagi. Banyak anak mengambil buku-buku yang sama berulang kali. Itu bukan masalah. Melalui pengulangan anak dapat menguasai teks dan bahkan berlayar menuju setiap kisah dengan mudah dan percaya diri. Setiap bahan bacaraan baru juga membuat mereka memahami lebih bak. Positifnya, pengalaman itu bisa menginspirasi mereka mencoba buku-buku baru

Baca dengan suara
. Mengeluarkan suara saat membaca juga salah satu kiat yang bisa membantu si kecil anda mengembangkan kosakata anak. Tunjukan kepada anak anda bahwa sebagai orangtua pun bisa menikmati membaca sebagai aktivitas menyenangkan. Bantu mereka mengoneksikan suara dengan huruf-huruf di lembar halaman buku.

Lebih dari itu, membaca dengan suara keras memberi waktu yang bisa dinikmati bersama antara orangtua dan anak. Kegiatan ini pun bisa menjadi kebiasaan yang tak harus berakhir ketika anak menjadi lebih tua. Suara nyaman orangtua dan perhatian tak terbagi bakal menjadi kenangan berharga anak-anak yang tak bisa terhapus meski dewasa.

Ciptakan kesempatan membaca dan menulis di luar halaman buku. Beri anak-anak dengan banyak peluang untuk membaca setiap hari. Tulisan catatan dan letakkan di atas bantal, di kotak makan siang mereka atau bahkan saku kemejanya. Bila perlu, minta teman-teman dan kerabat mengirim kartu post dan surat.

Saat bepergian gunakan waktu memperluas kosakata dengan permainan yang memperkuat kemampuan bahasa anak. Misal anda memilih kategori makanan dan setiap anggota keluarga harus menyebut nama makanan yang diawali huruf tertentu.

Jangan segan mencari bantuan. Bila anda mulai prihatin dengan kemampuan dan kemauan anak anda untuk membaca, jangan menunggu untuk mencari bantuan. Konsultasikan dengan dokter anak atau guru si kecil. Bila mereka mengetahui situasi itu, mereka mungkin bisa menyarankan sumber-sumber demi membantu anak anda menjadi pembaca antusias.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari

Monday, October 1, 2012

7 Tren di Dunia Kerja ( Taken from Kompas.com )

KOMPAS.com - Tren selalu berubah-ubah, termasuk aturan di dunia kerja. Aturan kerja baru yang kini banyak di terapkan oleh perusahaan modern, lebih fleksibel dan kompetitif.

1. Loyalitas atau pengalaman?
Dulu, loyalitas nomor satu. Sekarang, pengalaman adalah kuncinya. Dulu makin lama kita bekerja di satu perusahaan dianggap loyal sehingga mendapatkan peluang lebih bagus ketimbang junior. Tetapi, kini pencapaian diukur bukan berdasarkan lamanya bekerja, melainkan ilmu, pengalaman, dan kemapanan yang didapatkan.

Tips :
* Mempunyai sederet pengalaman kerja memang membuat CV terlihat baik. Tetapi, lamanya kita 'menetap' dalam suatu perusahaan juga diperhitungkan. Maka itu, usahakan  tidak hengkang sebelum masa kerja satu tahun.

* Jika fresh graduate, usahakan memiliki masa kerja satu sampai dua tahun di perusahaan pertama. Dengan begitu kemampuan kita semakin matang dan CV lebih menjual.

2. Kompetitor bukan ancaman.
Takut para kompetitor? kuno! Kompetitor saat ini lebih dianggap sebagai tantangan agar memacu kita menjadi lebih baik lagi. Dulu, kompetitor menjadi semacam ancaman, namun kini jadikan kompetitor sebagai alat ukur, 'sparing partner' dan tentu saja pemacu kreativitas.

Tips :
* Rajin me-review hasil kerja dan bandingkan dengan usaha yang dilakukan kompetitor. Jika mereka melakukan 100 persen, berikan 200 persen agar kemampuan kita semakin terasah dan berkembang.

3. Jam kerja fleksibel.
Dulu, jam kerja cenderung kaku, berawal pukul 08:00 segera pulang pukul 17:00. Kini, bekerja lebih fleksibel, memenuhi standar 8-9 jam per hari, plus networking.

Kini banyak perusahaan yang menerapkan jam kantor lebih fleksibel. Maksudnya bukan berarti Anda boleh setiap hari datang siang, tapi waktu kerja Anda di luar jam kantor juga diperhitungkan. Anda diharapkan aktif menjalin networking di luar jam kantor.

Jika dulu setelah bekerja kita langsung pulang ke rumah kini eranya adalah pulang kerja dilanjutkan dengan acara hangout bersama relasi atau menghadiri undangan office party. Ini adalah kesempatan kita untuk bertemu banyak orang penting dan memperluas networking. Biasanya deal-deal bisnis juga terjadi di sini.

Tips :
* Waktu yang fleksibel bukan berarti kita bisa mencuri-curi waktu untuk kepentingan pribadi. Perusahaan akan tetap menilai kedisiplinan karyawannya.
* Bersosialisasi dengan rekan kerja juga penting. Sempatkan makan siang bersama mereka agar terjalin kekompakan.

4. Bersuara atau diam?

Dulu, boleh jadi karyawan terlarang bilang "tidak", sekarang eranya untuk mengungkapkan pendapat. Berani berpendapat menjadi karakter para pekerja saat ini. Pasalnya, atasan juga manusia yang bisa melakukan kesalahan. Jangan ragu berdebat jika Anda mengetahui apa yang lebih baik, tapi pastikan punya alasan yang kuat dan cerdas untuk mendukung jawaban Anda

Tips :
* Utarakan dengan sopan. Ingat, dia tetap bos Anda. Jangan sampai kita di cap sok pintar atau ingin menggurui si Bos.
* Hindari mengutarakan hal yang frontal di depan umum. Lebih baik masuk ke dalam ruangannya, dan bicarakan empat mata.

5. Hubungan atasan-bawahan lebih cair.
Dulu kita menganggap bos adalah 'dewa' yang harus ditakuti. Baru melihat 'penampakannya' dari jauh saja kita sudah grogi. Bahkan pembicaraan di pagi hari hanya sebatas sapaan, "Selamat pagi, pak/bu"

Tapi sekarang hubungan atasan bawahan makin cair. Punya pengalaman seru atau lucu? Jangan ragu berbagi dengan atasan. Tidak ada salahnya sesekali ngobrol bareng. Dengan begitu hubungan dengan atasan tidak kaku, bertukar pikiran pun menjadi lebih santai.

Tips :
* Sebelum ngobrol, kenali dulu pribadi dan minatnya agar Anda mendapatkan respons yang baik. Pastikan waktunya pas, misalnya ketika makan siang.

6. Membantu tapi bukan prioritas.
Dulu, asas gotong royong masih kental, namun bukan berarti masa kini lebih individualistis. Niat baik untuk membantu rekan kerja tetap ada, namun bukan menjadi prioritas.

Persaingan yang ketat dalam dunia kerja cenderung memacu kita berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Membantu teman memang penting, namun lebih penting dahulukan pekerjaan sendiri. Jangan sampai kebaikan hati Anda membuat pekerjaan dan tanggung jawab sendiri jadi terbengkalai. Anda bisa bilang. "Akan saya bantu setelah pekerjaan selesai".

Tips :
* Bila keadaan sangat tidak memungkinkan untuk membantu rekan kerja, misalnya Anda sedang dikejar deadline, jangan ragu menolak dan katakan. "Maaf, saya tidak bisa membantu".

7. Tak harus ke kantor.
Dulu, bekerja harus dengan duduk manis di kantor, sekarang dengan kemudahan teknologi, bekerja bisa dilakukan di mana saja. Perkembangan teknologi semakin memudahkan kita untuk bekerja di mana saja dan kapan saja. Apalagi banyak sekali tempat umum seperti kafe dan taman yang sudah memiliki wi-fi. Dengan begitu kita pun tidak harus bekerja di atas meja kantor. Yang penting setoran pekerjaan lancar dan Anda tetap bisa di hubungi kapan pun.

Tips :
* Pastikan Anda bisa dihubungi kapan saja oleh si Bos atau rekan kerja, misalnya via telepon atau messenger.

(Majalah Chic/Precilia Meirisa)

Editor :
wawa